^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Buah-Buah Kerendahan Hati - Risalah St. Alfonsus
Buah-Buah Kerendahan Hati
Kerendahan hati disebut oleh para Kudus sebagai landasan dan penjaga segala kebajikan. Walaupun kerendahan hati bukanlah kebajikan yang terunggul, namun demikian, ujar Santo Thomas, kerendahan hati memegang tempat pertama sebagai fondasi kebajikan: sebagaimana dalam pembangunan sebuah gedung, fondasinya harus mendahului tembok-tembok dan tiang-tiang penyangganya, sekalipun terbuat dari emas, demikian pula kerendahan hatilah yang harus ada terlebih dahulu, demi mengusir kecongkakan, yang dilawan oleh Allah: Humilitas primum locum tenet, in quantum expellit superbiam, cui Deus resistit.[1] Itulah sebabnya Santo Gregorius berpendapat bahwa orang yang hendak mengamalkan kebajikan-kebajikan lainnya tanpa kerendahan hati, setara dengan membawa debu seraya menghadapi angin, yang segera mencerai-beraikannya: Qui sine humilitate virtutes congregat, quasi in ventum pulverem portat.[2]
Ada suatu kisah[3] yang bercerita bahwa di suatu padang gurun, hiduplah seorang rahib yang amat terkenal oleh karena kebajikannya. Menjelang kematiannya, ia memohonkan kepada kepala biaranya untuk membawakannya Viatikum Suci. Kepala biaranya datang dan datang pula cepat-cepat seorang perampok publik, yang tersentuh oleh penyesalan sewaktu ia melihat kejadian itu. Sang perampok percaya bahwa ia tidak layak masuk ke dalam sel rohaniwan itu, dan berkata pada pintunya: “Oh! Hendaknya saya menjadi seperti anda!” Pria yang sekarat itu mendengarnya, dan menjawab dengan kecongkakan: “Tentunya, engkau akan menjadi berbahagia, seandainya dirimu itu seperti aku.” Lalu, apa yang terjadi? Sang perampok pergi tergesa-gesa untuk mengaku dosa; tetapi ia jatuh ke dalam jurang, dan mati di sana. Tidak lama setelahnya, sang rahib juga mati. Biarawan rekannya meratapi kematiannya, sedangkan ia mengungkapkan sukacita yang besar atas kematian sang perampok; dan karena ia ditanyakan alasannya, ia berkata bahwa sang perampok telah diselamatkan oleh penyesalan yang dimilikinya atas dosa-dosanya, dan bahwa sang rahib telah binasa akibat kecongkakannya. – Kita tidak boleh percaya bahwa rahib yang malang itu menjadi congkak hanya pada saat kematiannya; perkataan yang keluar dari mulutnya itu membuktikan bahwa kemaksiatannya telah berakar sejak lama di dalam hatinya, dan itulah yang membinasakannya. Selebihnya, Santo Agustinus memperingatkan kita bahwa jika kerendahan hati tidak datang lebih dahulu, dan tidak dijaga sampai kesudahannya, segala kebaikan yang kita lakukan akan ditiadakan oleh kecongkakan: Nisi humilitas proecesserit, et comitetur, et consecuta fuerit, totum extorquet de manu superbia.[4]
Kerendahan hati, kebajikan yang cantik ini, kurang dikenal dan kurang dicintai, atau sebaliknya, dibenci di muka bumi, di mana kecongkakan meraja di mana-mana; kecongkakan yang menyebabkan hancurnya Adam dan semua keturunannya; itulah sebabnya Putra Allah telah datang dari Surga untuk mengajarkan kita tentang kebajikan ini, bukan hanya melalui perkataan-Nya, tetapi juga melalui teladan-Nya; dan untuk mencapai tujuan itu, Ia merendahkan diri-Nya sampai menjadi manusia, dengan mengambil rupa hamba: Semetipsum exinanivit, formam servi accipiens.[5] Ia bahkan menghendaki, di antara manusia, agar diri-Nya diperlakukan sebagai sasaran kebencian dan sebagai yang terakhir dari semua orang, demikianlah perkataan Yesaya: Despectum, et novissimum virorum.[6] Kita melihat-Nya bahwasanya terlahir di Bethlehem dalam sebuah kandang dan ditaruh di dalam sebuah palungan; di Nazaret, yang tidak dikenal dan dalam sebuah toko, mengambil tugas seorang anak dan sebagai seorang pengrajin yang miskin. Kita lalu melihatnya berada di Yerusalem, didera seperti seorang hamba, dipukuli bagaikan orang yang hina, dimahkotai duri bagaikan seorang raja pada sandiwara, dan pada akhirnya disalibkan bagaikan seorang penjahat. – Marilah kita mendengarkan, kemudian, anjuran-Nya bagi kita: Aku telah memberi kalian teladan, ujar-Nya, agar kalian sendiri berbuat seperti yang telah Kulakukan untuk kalian: Exemplum enim dedi vobis, ut, quemadmodum ego feci vobis, ita et vos faciatis.[7] Ibaratnya Ia berkata: Anak-anak-Ku, jikalau Aku telah merangkul segala penghinaan ini, hal itu Kulakukan agar dengan teladan-Ku itu, kalian tidak membencinya. – Santo Agustinus berbicara tentang kerendahan hati Yesus Kristus dengan membuat renungan ini: Haec medicina si superbiam non curat, quid eam curet, nescio:[8] Jika obat ini tidak menyembuhkan kecongkakan diri kita, saya tidak tahu cara mana yang akan paling tepat untuk membebaskan kita dari penyakit itu. – Dan lihatlah orang Kudus yang sama ini menulis kepada Dioskorus: Jika anda ingin tahu, wahai sahabatku, kebajikan utama yang mana yang harus diamalkan untuk membuat kita menjadi murid-murid Yesus Kristus, yang termujarab untuk mempersatukan kita dengan Allah, saya akan berkata kepada anda bahwa yang pertama adalah kerendahan hati, yang kedua adalah kerendahan hati, yang ketiga adalah kerendahan hati; dan bertanyalah kepada saya sebanyak yang anda suka, saya akan menanggapi anda dengan jawaban yang sama: Ea est prima humilitas, secunda humilitas, tertia humilitas; et quoties interrogares, hoc dicerem.[9]
Orang yang congkak dibenci dan dianggap keji di mata Tuhan: Abominatio Domini est omnis arrogans.[10] Sebabnya adalah orang yang congkak adalah perampok, orang buta, dan pendusta. – Ia adalah PERAMPOK, karena ia mengambil apa yang dimiliki Allah sebagai miliknya sendiri, yang dari-Nya Ia telah menerima segala yang dimilikinya, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus: Quid autem habes, quod non accepisti?[11] Seandainya kita menghiasi seekor kuda dengan selendang emas, dan seandainya kuda itu memiliki akal, adakah kuda itu pernah dapat bermegah diri karena selendang itu, sebab ia tahu bahwa selendang itu dapat dirampas darinya sekehendak tuannya? – Ia adalah ORANG BUTA, sebagaimana yang dikatakan di dalam Kitab Wahyu: Nescis quia tu es miser… et coecus.[12] Bahwasanya adakah hal yang kita punyai selain ketiadaan dan dosa-dosa kita? Pun, dalam kebaikan yang sedikit jumlahnya yang kita perbuat, ujar Santo Bernardus, kita hanya akan menemukan kekacauan dan kesalahan: Si districte judicetur, injusta invenietur omnis justitia nostra.[13] – Ia adalah PENDUSTA, karena segala kebaikan yang dimiliki oleh manusia secara kodrati, seperti kesehatan, kecerdasan, kecantikan, keterampilan, pikiran yang tercerahkan, atau keanggunan, seperti keinginan-keinginan yang baik, hati yang lemah lembut, semuanya itu tentunya adalah karunia-karunia yang diterima dari Tuhan. Diriku ini, ujar sang Rasul, sedemikian rupa adanya hanya karena rahmat Allah: Gratia autem Dei sum id quod sum.[14] Sebab sungguh pasti, imbuhnya, bahwa kita sama sekali tidak dapat mempunyai apa-apa dari diri kita sendiri, sekalipun pikiran yang baik: Non quod sufficientes simus cogitare aliquid a nobis.[15]
Celakalah seorang rohaniwati yang membiarkan diri dikuasai oleh kecongkakan! Selama kemaksiatan ini meraja dalam dirinya, roh Allah tidak dapat masuk ke dalamnya, sebaliknya, iblis menjadikannya seturut keinginannya. Beato Yosef Calasanctius berkata: “Iblis menggunakan para rohaniwan yang congkak seperti sebuah bola yang dimainkannya.” Cesarius melaporkan bahwa pada suatu hari, seorang pria yang kerasukan telah dibawa ke sebuah biara. Kepala biaranya membawa seorang biarawan muda bersamanya, yang terpandang sebagai seorang kudus, dan berkata kepada iblis:
Demi menyaksikan para hamba-Nya terbebas dari kecongkakan, Tuhan terkadang memperkenankan mereka untuk menderita godaan-godaan yang memalukan, seperti godaan-godaan kenajisan. Meskipun mereka melawan godaan-godaan itu dengan doa-doa mereka dan permohonan-permohonan mereka yang amat mendesak, Ia telah membiarkan mereka melawan godaan-godaan itu, demikianlah apa yang terjadi kepada Santo Paulus: Sengatan dagingku, ujarnya, telah diberikan kepadaku seperti seorang utusan Setan agar ia menggocolku; aku telah berdoa tiga kali kepada Tuhan supaya Ia menjauhkannya dariku, dan Ia telah menjawabku: Rahmat-Ku cukup untukmu: Datus est mihi stimulus carnis meae, angelus Satanae, qui me colaphizet; propter quod ter Dominum rogavi ut discederet a me, et dixit mihi: Sufficit tibi gratia mea.[16] Maka Tuhan tidak menghendaki, ujar Santo Hieronimus, untuk membebaskan sang Rasul dari siksaan yang menyebabkan godaan yang najis terhadap dirinya itu, agar ia menjaga dirinya dalam kerendahan hati. – Allah pun terkadang membiarkan kita jatuh dalam dosa tertentu untuk mengajarkan kita supaya menjadi rendah hati; itulah yang terjadi kepada Daud, ia yang mengakui bahwa ia telah berdosa karena kerendahan hati kurang dalam dirinya. Priusquam humiliarer, ego deliqui.[17]
Santo Agustinus berkata: Altus est Deus: erigis te, et fugit a te; humilias te, et descendit ad te:[18] Sewaktu anda merendahkan hati anda, Allah turun untuk bersatu dengan anda; tetapi sewaktu anda menjadi congkak, Ia menjauhkan diri dari anda. – Sang Raja Nabi telah berkata secara serupa: Excelsus Dominus et humilia respicit, et alta a longe cognoscit:[19] Tuhan memandang orang-orang yang rendah hati dengan kebaikan, sedangkan orang-orang yang congkak hanya dipandangnya dari jauh; dan seperti sewaktu kita melihat seseorang dari jauh, kita tidak mengenalinya, Allah tampak berkata dengan demikian bahwa Ia tidak mengenal orang-orang yang congkak. – Ada pada suatu kala dalam sebuah biara seorang rohaniwati yang penuh keangkuhan, yang berkata demikian kepada seorang rohaniwati lainnya: “Jubah yang kita berdua kenakan membuat kita terduduk di kursi gereja yang sama; selebihnya, ketahuilah bahwa engkau pun tidak berhak untuk berada sebagai hamba dalam rumahku.” Dengan mata seperti apa, menurut anda, Allah memandang rohaniwati semacam itu?
Orang-orang yang congkak tidak berhubungan baik dengan Allah; Ia tidak tahan akan orang-orang semacam itu. Tidak lama setelah para malaikat yang angkuh tampak dalam Firdaus, Tuhan segera mengusir mereka, dan menjauhkan mereka dari diri-Nya ke dalam Neraka. Sabda Allah tidak gagal untuk tergenapi; barang siapa meninggikan dirinya, harus direndahkan: Qui autem se exaltaverit, humiliabitur.[20] Santo Petrus Damianus[21] bercerita bahwa ada seorang pria yang angkuh. Sebelum ia pergi bertempur untuk memperjuangkan daerah kekuasaan yang hendak dibelanya dengan tentara-tentaranya, ia mendengar di Misa kata-kata Injil yang baru saja kami kutip. Ia lalu berani berkata: ‘Perkataan itu tidak benar; sebab seandainya saya merendahkan hati saya, saya akan kehilangan harta dan kehormatan yang saya nikmati.” Tetapi apa yang terjadi kepadanya? Sewaktu ia datang bertarung bersama musuhnya, musuhnya ini menikam pedangnya persis di mulutnya itu, menembus lidah penghujatnya itu, dan membuatnya mati terbaring di kakinya.
Tuhan telah berjanji bahwa Ia akan mengabulkan siapa pun yang berdoa kepada-nya: Omnis enim qui petit, accipit.[22] Tetapi Ia tidak mendengarkan doa-doa orang yang angkuh; Santo Yakobus berkata bahwa Ia melawan mereka, sedangkan Ia penuh kemurahan hati kepada orang-orang yang rendah hati; humilibus autem dat gratiam.[23] Kepada orang-orang yang rendah hati, Ia bergegas membuka tangan-Nya, dan memberi kepada mereka segala sesuatu yang mereka pintakan, segala sesuatu yang mereka ingini. Demikianlah Orang Bijak itu menganjurkan kita untuk merendahkan hati di hadapan Allah, dan kemudian menantikan dari tangan-Nya apa yang kita ingin peroleh: Humiliare Deo, et exspecta manus ejus.[24]
Santo Agustinus meminta khazanah kerendahan hati dari Allah: Domine, concede mihi thesaurum humilitatis.[25] Kerendahan hati disebut sebagai sebuah khazanah, karena Tuhan membuat orang-orang yang rendah hati berada dalam kebaikan yang berlimpah-limpah. Sewaktu hati manusia penuh dengan dirinya sendiri, ia tidak dapat menerima karunia-karunia ilahi; ia pertama-tama harus mengosongkan dirinya dengan pengetahuan akan ketiadaan dirinya sendiri. Daud berkata demikian kepada Tuhan: Qui emitis fontes in convallibus; inter medium nontium pertransibunt aquae:[26] Engkau memunculkan mata air di lembah, dan membuat sungai mengalir di antara pegunungan. – Allah mencurahkan air di lembah dengan berlimpah-limpah, yakni, rahmat dalam jiwa orang yang rendah hati, tetapi tidak demikian pada pegunungan, yang melambangkan pikiran orang yang angkuh, di mana rahmat hanya melewatinya. Itulah pula mengapa Bunda Allah berkata demikian dalam Kidungnya: Quia respexit humilitatem ancillae suae… fecit mihi magna qui potens est: Yang Mahakuasa telah memberikanku karunia-karunia yang besar, dengan memandang kerendahan hambanya, yakni, pengetahuan yang kumiliki tentang ketiadaan diriku sendiri.
Santa Teresa[27] sendiri mengajarkan kita bahwa pertolongan-pertolongan terbesar yang diterimanya dari Allah, diterimanya sewaktu dalam doa, ia berdiri dengan kerendahan hati yang teramat mendalam di hadapan-Nya. Doa dari jiwa yang merendahkan diri, ujar Orang Bijak itu, menembus langit, dan hanya bergerak mundur sewaktu Allah telah mengabulkannya: Oratio humiliantis se nubes penetrabit… ; et non discedet, donec Altissimus aspiciat.[28] Itulah sebabnya, orang yang rendah hati memperoleh segala sesuatu yang dipintakannya kepada Tuhan; mereka tiada takut jika mereka diselubungi oleh kekacauan dan kehilangan penghiburan, imbuh sang Pemazmur: Ne avertatur humilis, factus confusus.[29] Itulah sebabnya Beato Yosef Calasanctius berkata demikian: “Jika anda ingin menjadi kudus, jadilah anda rendah hati; jika anda ingin menjadi amat kudus, jadilah anda amat rendah hati.” Dan demikianlah pula nasihat yang diberikan oleh seorang pria yang maju dalam jalan Tuhan kepada Santo Fransiskus Borgia, sewaktu ia masih menjadi imam sekuler; ia berkata kepadanya bahwa jika ia ingin menguduskan dirinya, ia harus setiap harinya memikirkan kehinaan dirinya. Setiap kepada nasihat ini, Santo Fransiskus Borgia setiap harinya membaktikan dua jam pertama doanya kepada pengetahuan dan kebencian akan dirinya sendiri.
Santo Gregorius mencatat bahwa sebagaimana kecongkakan adalah tanda orang-orang yang terkutuk, demikian pula, kerendahan hati adalah tanda orang-orang yang dipredestinasikan: Evidentissimum reproborum signum superbia est; at contra, humilitas electorum.[30] Santo Antonius Kepala Biara pada suatu hari melihat dunia yang dipenuhi jebakan-jebakan yang disiapkan oleh Iblis. Ia pun berkata: “Lalu siapakah yang akan pernah dapat lolos dari bahaya yang begitu banyaknya itu?” Tetapi ia mendengar suatu suara yang berkata kepadanya: “Antonius, hanya kerendahan hatilah yang lewat dengan selamat; barang siapa berjalan dengan menundukkan kepala, tidak takut terjerat.”[31] Pendek kata, seperti yang telah dinyatakan oleh Juru Selamat kita, jika kita tidak menjadi anak-anak bukan seturut usia, melainkan seturut kerendahan hati, kita tidak akan berhasil menyelamatkan diri kita sendiri: Nisi… efficiamini sicut parvuli, non intrabitis in regnum coelorum.[32] Kita membaca dalam Riwayat Hidup Santo Palemon, bahwa seorang biarawan tertentu, yang telah berjalan di atas batu bara yang membakar, berbangga diri di hadapan rekan-rekannya, dengan berkata kepada mereka: “Katakanlah kepadaku, siapakah dari antara kalian dapat berjalan di atas api tanpa menjadi terbakar?” Santo Palemon menjawab keangkuhannya itu; tetapi orang yang celaka itu tidak ingin mengoreksi dirinya; ia tetap bersikeras dalam kecongkakannya, dosa-dosanya pun berlipat-lipat, dan ia mengakhiri hidupnya dalam keadaan yang buruk.
Firdaus dijanjikan kepada orang yang rendah hati, yang dibenci dan dianiaya di muka bumi: Beati estis, cum maledixerint vobis, et persecute vos fuerint…, quoniam merces vestra copiosa est in coelis.[33] Di samping itu, orang yang rendah hati berbahagia bukan hanya pada kehidupan yang akan datang, tetapi juga dalam kehidupan ini, seturut perkataan yang lain dari Juru Selamat kita yang ilahi: Discite a me quia mitis sum et humilis corde, et invenietis requiem animabus vestris:[34] Belajarlah dari Aku untuk menjadi lemah lembut dan rendah hati, dan kalian akan menemukan damai dalam jiwa kalian. – Orang yang congkak tidak pernah menemukan damai, karena ia tidak pernah berhasil menyelaraskan dirinya sendiri dengan pendapat yang angkuh yang dimilikinya tentang dirinya sendiri: jika ia dihormati, ia tidak puas saat ia melihat orang lain lebih dihormati daripada dirinya sendiri; ia senantiasa kekurangan suatu setidaknya kehormatan tertentu yang diinginkannya, dan tiadanya kehormatan ini menyiksanya lebih daripada penghiburan yang dapat diberikan kepadanya oleh semua kehormatan yang dimilikinya. Seperti apakah kehormatan yang dinikmati Haman pada istana Ahasyweros, yang sampai membuatnya duduk di mejanya! Bagaimanapun, karena Mordekhai tidak ingin memberi salam kepadanya, ia menyatakan dirinya sendiri celaka, segala kehormatan lainnya tidak berarti apa-apa di matanya: Et cum haec omnia habeam, nihil me habere puto, quamdiu videro Mardochoeum Judaeum sedentem ante fores regias.[35] Dan seperti apakah kehormatan yang diterima oleh orang-orang yang congkak? Kehormatan itu tidak dapat dinikmati, karena hanya diberikan oleh kekerasan, oleh hormat manusiawi. Santo Hieronimus berkata bahwa kemuliaan yang sejati menjauhkan diri dari orang yang menginginkannya, dan melekatkan diri kepada ia yang membencinya, seperti bayangan mengikuti orang yang hendak menjauh darinya, dan melarikan diri di hadapan orang yang ingin meraihnya: Virtutem quasi umbra sequitur, et, appetitores sui deserens, appetit contemptores.[36]
Sebaliknya, orang yang rendah hati senantiasa puas, sebab jika ia menerima kehormatan tertentu, ia menganggap kehormatan itu jauh melampaui jasa dirinya sendiri; dan jika ia menerima penghinaan, ia berpendapat bahwa ia harus lebih disiksa akibat dosa-dosanya: Peccavi, et vere deliqui, et, ut eram dignus, non recepi.[37] Santo Fransiskus Borgia telah memberi kita ajaran yang indah tentang hal yang satu ini. Karena ia harus berperjalanan panjang, ia dinasihati supaya mengutus seseorang terlebih dahului untuk menyiapkan tempat penginapan, demi menghindari kesulitan-kesulitan yang akan dihadapinya jika ia datang tanpa pemberitahuan. Orang Kudus itu menjawab: “Oh! Tentang perkara itu, saya tidak pernah lalai untuk mengutus kurir saya terlebih dahulu; tetapi tahukah anda siapa kurir saya itu? Kurir saya itu adalah pikiran tentang Neraka yang telah patut saya dapatkan: pikiran ini membuat segala tempat penginapan yang saya temukan seperti istana raja, berbanding dengan tempat di mana saya patut berada.”
DOA.
Ya Allahku, bagaimanakah bisa ada dalam diriku begitu banyak kecongkakan, setelah aku begitu banyak berbuat dosa?! Sayang sekali! Kulihat bahwa setelah kumendurhakai-Mu, kesalahan-kesalahanku terus membuatku semakin congkak! Ne proficias me a facie tua: Tuhan! Janganlah Kautolak aku dari hadapan wajah-Mu, seperti yang patut kudapatkan; kasihanilah aku: cerahkanlah daku, buatlah aku mengenali jati diriku dan apa yang patut kudapatkan. Betapa banyaknya orang yang lebih sedikit menyakiti-Mu daripadaku yang berada dalam Neraka tanpa harapan akan pengampunan! Dan adapun diriku, Engkau sendiri akan menawarkan pengampunan-Mu, jika aku menghendakinya! Ya, kuingin pengampunan-Mu, ya Juru Selamatku! Ampunilah aku; aku bertobat dalam segenap jiwaku dari kecongkakanku, yang bukan hanya telah membuatku membenci sesamaku, tetapi juga diri-Mu sendiri, Engkau yang adalah kebaikan yang terluhur. Akan kukatakan kepada-Mu bersama dengan Santa Katarina dari Genoa: “Ya Allahku! Jangan lagi ada dosa! Tidak! Jangan lagi ada dosa! Dan aku hendak menggunakan sisa hidupku hanya untuk mencintai-Mu dan berkenan kepada-Mu; ya Yesusku! Tolonglah aku! Semakin Neraka sekarang membuatku tergerak oleh keinginan untuk berserah seutuhnya kepada-Mu, semakin Neraka siap membuatku kewalahan dengan godaan-godaannya; selamatkanlah aku, janganlah Kautinggalkan aku kepada diriku sendiri.
Ya Santa Perawan Maria yang Teramat Kudus! Engkau tahu bahwa aku telah menempatkan segenap pengharapanku padamu; janganlah kauberhenti menolongku dengan doa-doamu, yang mendapatkan segala sesuatu yang dipintakannya dari Allah.
Catatan kaki:
Disadur dari Œuvres completes de S. Alphonse de Liguori [Karya Lengkap Santo Alfonsus de Liguori], Léop. J. Dujardin, Imam, Tomus X, La véritable épouse de Jésus-Christ, Edisi IV, Vve H. Casterman, Tournai, 1876. hal. 315-325.
[1] 2. 2. q. 161. a. 5.
[2] In Ps. poenit. 3.
[3] Spec. Exempl. dist. 9. ex. 199.
[4] Epist. 119. E. B.
[5] Phil. 2. 7.
[6] Is. 53. 3.
[7] Jo. 13. 15
[8] Serm. 77. E. B.
[9] Epist. 118. E. B.
[10] Prov. 16. 5.
[11] I. Cor. 4. 7.
[12] Apoc. 3. 17.
[13] In fest. Omn. Sanct. s. 1.
[14] I. Cor. 15. 10.
[15] II. Cor. 3. 5.
[16] II. Cor. 12. 7.
[17] Ps. 118. 67.
[18] Serm. 177. app. E. B.
[19] Ps. 137. 6.
[20] Matth. 23. 12.
[21] Op. 34. de Var. mir. Narrat. c. 4.
[22] Luc. 11. 10.
[23] Jac. 4. 6.
[24] Eccli. 13. 9.
[25] Medit. c. 1.
[26] Ps. 103. 10.
[27] Vie, ch. 38.
[28] Eccli. 35. 21.
[29] Ps. 73. 21.
[30] Mor. l. 34. c. 22.
[31] Vit. Patr. l. 3. n. 129.
[32] Matth. 18. 3.
[33] Ibid. 5. 11.
[34] Ibid. 11. 29.
[35] Esth. 5. 13.
[36] Ep. ad. Eustoch.
[37] Job. 33. 27.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...