Bayi-bayi prematur penyintas aborsi di Kanada tetap saja dibiarkan mati

Ngeri benar kalau dipikir-pikir, namun kebenarannya tak bisa dipungkiri: Setiap tahun di Kanada, bayi-bayi yang lahir hidup-hidup dibiarkan mati -- dan tidak ada satu pun partai politik yang tertarik untuk bersuara demi anak-anak ini, atau demi menghentikan kebrutalan tersebut.

Selama berperjalanan ke berbagai daerah di Amerika Utara sebagai aktivis pro-kehidupan, saya sudah mendengar banyak perawat yang bercerita tentang kejadian-kejadian anak-anak lahir hidup ketika upaya aborsi sedang dilakukan. Seorang perawat Kanada yang saya temui usai sebuah presentasi mengingat dokter tergesa-gesa melemparkan anak mungil itu ke tempat sampah; di situ, ia mendengar si bayi bergerak-gerak gemerisik lemah di antara helaian kertas sebelum ia meninggal. Mantan perawat dan aktivis pro-kehidupan Jill Stanek, yang kesaksiannya kemudian membantu meloloskan Undang-Undang Larangan Aborsi Kelahiran Parsial yang ditandatangani oleh George W. Bush pada tahun 2003, memberi gambaran bahwa anak-anak yang lahir dalam keadaan hidup setelah aborsi gagal, akan ditinggalkan di ruang perawatan yang kotor di Rumah Sakit Christ Hospital di Oak Lawn, Illinois:

Untuk melaksanakan aborsi dengan induksi persalinan, seorang dokter atau petugas memasukkan obat ke dalam saluran persalinan ibu di dekat serviks (leher rahim). Serviks adalah celah di bagian bawah rahim yang biasanya tetap tertutup sampai sang ibu hamil sekitar 40 minggu dan siap melahirkan. Obat yang tadi disebutkan itu menimbulkan iritasi serviks dan memicunya terbuka lebih awal. Ketika ini terjadi, bayi prematur trimester kedua atau ketiga yang masih kecil dan belum terbentuk sempurna akan keluar dari rahim, terkadang dalam keadaan hidup. Menurut hukum, jika bayi yang diaborsi lahir dalam keadaan hidup, akta lahir dan kematian harus dikeluarkan. Ironisnya, di Rumah Sakit Christ Hospital, penyebab kematian yang sering dicantumkan untuk bayi-bayi diaborsi yang hidup adalah "prematuritas ekstrem," sebuah pengakuan dari para dokter bahwa merekalah yang menyebabkan kematian bayi-bayi ini.

Bayi-bayi ini sering kali dapat hidup berjam-jam, ungkap Stanek. Beberapa yang diaborsi dalam keadaan sehat, hidup lebih lama dari yang lain. Bahkan dalam keadaan seperti ini, keadaan yang jelas bahwa seorang manusia telah dibunuh, karyawan rumah sakit berupaya menormalisir pengalaman itu ….