Rabbi Yosef Feldman berkata kepada Royal Commission bahwa ia tidak tahu bahwa adalah hal yang ilegal bagi orang dewasa untuk menyentuh alat kelamin anak-anak

Gambar diperoleh dari heraldsun.com.au

heraldsun.com.au

“Seorang pemimpin Yahudi yang terkemuka berkata bahwa ia tidak tahu bahwa adalah suatu hal yang ilegal bagi orang dewasa untuk menyentuh alat kelamin anak-anak.

Saat ia memberikan bukti kepada Royal Commission into Institutional Child Sexual Abuse [Komisi Kerajaan untuk Peleceah Seksual Institusional Anak-Anak], Rabbi Yosef Feldman berkata bahwa ia tidak tahu tentang hukum pelecehan seksual anak-anak.

Ia berkata bahwa bahkan sewaktu ia menjabat sebagai direktur dari Yeshivah Gedola Rabbinical College, ia tidak peduli untuk mempelajari hukum-hukum.

‘Jelas, saya tahu bahwa saya memiliki kewajiban tertentu. Saya tidak tahu apa itu kewajiban tersebut. Saya mengandalkan ayah saya’, ujarnya.

Ayah dari Rabbi Feldman, Pinchus Feldman, telah menjadi Rabbi terkemuka di Sydney sejak tahun 1968.

Dewan yang membantu komisi, Maria Gerace, bertanya secara langsung: ‘Apakah anda mengerti bahwa adalah suatu hal yang bertentangan dengan hukum bagi seorang dewasa untuk menyentuh alat kelamin seorang anak yang lain?’

‘Saya tidak tahu bahwa hal itu adalah suatu fakta’, ujarnya.

Rabbi Feldman berkata bahwa ia adalah seorang direktur dari perusahaan Yeshivah yang mengoperasikan sebuah sekolah, sejak umur 25 tahun.

Tetapi ia tidak menganggap pelecehan seksual anak-anak sebagai masalah umum.

‘Terdapat banyak masalah-masalah hidup dan saya tidak percaya bawha pelecehan seksual anak adalah suatu hal yang sangat umum. Bahkan pada saat ini saya tidak mengira bahwa hal itu umum. Hal itu terjadi’, ujarnya.

‘Saya belum melihat statistiknya, tetapi saya percaya hal itu (keberadaan pelecehan seksual anak-anak) memiliki kisaran lima sampai 10 persen.

‘Berdasarkan hal-hal yang saya baca tentang hal itu’, ujarnya.

Feldman mengejutkan para korban pelecehan seksual pada tahun 2011 sewaktu ia mendesak para rabbi untuk mengatasi tuduhan-tuduhan tersebut sendiri dan bukan dengan melaporkannya kepada polisi.

Ia menyebabkan skandal publik setelah ia mengirimkan email kepada rabbi-rabbi lain bahwa seharusnya mereka memiliki kuasa untuk memutuskan bilamana seorang pedofil harus dilaporkan”.