Paus Inosensius II

PENOLAKAN – Paus Inosensius II mengajarkan bahwa seorang imam dapat diselamatkan tanpa Sakramen Pembaptisan oleh keinginannya untuk Pembaptisan tersebut dan pengakuannya akan iman sejati (Denzinger 388):

“Untuk pertanyaan anda kami menjawab demikian: Kami menyatakan tanpa keraguan (atas otoritas dari para bapa suci Agustinus dan Ambrosius) bahwa imam yang anda tunjukkan (di dalam surat anda) telah meninggal tanpa air pembaptisan, karena ia bertekun di dalam iman dari Bunda Gereja yang kudus dan di dalam pengakuan dari nama Kristus, telah terbebaskan dari dosa asal dan memperoleh sukacita negara surgawi. Bacalah pula buku kedelapan De civitate Dei dari Agustinus di mana kita membaca antara lain: “Pembaptisan diberikan dengan cara yang tidak kelihatan kepada seseorang yang tidak membenci agama, melainkan yang dihalangi oleh kematian.” Bacalah kembali di dalam buku Ambrosius yang terberkati mengenai kematian Valentinianus di mana ia mengatakan hal yang sama. Pertanyaan-pertanyaan anda telah terjawabkan, peganglah pendapat para Bapa yang terpelajar, dan di dalam gereja anda, anda harus bersekutu di dalam doa dan mempersembahkan kurban kepada Allah untuk imam tersebut (Apostolicam Sedem).[1]

JAWABAN – Pertama-tama, tidak terdapat imam yang belum dibaptis. Gereja mengajarkan bahwa seseorang yang belum dibaptis tidak dapat menerima imamat secara valid. Masalah ini sendiri menunjukkan bahwa pernyataan di atas tidaklah infalibel. Kedua, tanggal dari dokumen ini tidak diketahui, penulisnya tidak diketahui – sama sekali tidak jelas bahwa Inosensius II-lah yang menuliskannya – dan orang yang ditujukannya tidak diketahui! Bagaimanakah dokumen semacam ini dapat membuktikan suatu hal pun? Tidak. Mengapa dokumen yang keasliannya itu diragukan diikutsertakan di dalam Denzinger adalah suatu misteri. Ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa Denzinger disunting oleh Karl Rahner, seorang bidah yang bersikeras, yang kecenderungan bidahnya menuntunnya untuk menyajikan pernyataan yang jelas tidak bersifat magisterial ini sebagai pernyataan magisterial, karena ia percaya akan pembaptisan keinginan.

Untuk menggambarkan kurangnya otoritas magisterial dari surat di atas yang disebut-sebut berasal dari Paus Inosensius II, saya akan mengutip dari buku Thomas Hutchinson, Desire and Deception {Keinginan dan Penipuan} (hal. 31-32):

“Kami berbicara tentang surat Apostolicam Sedem, yang ditulis atas perintah Paus Inosensius II (1130-1143), pada tanggal yang tidak diketahui kepada seorang uskup yang tidak dinamakan dari Cremona. Uskup ini telah menulis suatu pertanyaan kepada Paus tentang kasus seorang imam yang kelihatannya meninggal tanpa sebelumnya dibaptis. Tentunya, telah didefinisikan sebelumnya bahwa, di dalam kasus semacam itu, orang itu bukanlah imam, karena Sakramen Imamat hanya dapat diberikan secara valid kepada orang-orang yang telah dibaptis.

- Naskah surat tidak diikutsertakan karena telah disajikan sebelumnya –

“Bagaimanapun, terdapat lebih dari satu masalah di dalam surat ini. Pertama-tama, surat ini bergantung sepenuhnya kepada kesaksian dari Santo Ambrosius dan Santo Agustinus untuk kesimpulannya. Dasar pemikirannya salah, karena memang, para Bapa tersebut tidak percaya akan opini yang diatribusikan kepada mereka (penulis: seperti yang telah dicatat, pernyataan spekulatif sederhana tidak membuktikan bahwa mereka percaya ajaran tersebut sebagai ajaran resmi)…

"Akhirnya, terdapat pertanyaan bahkan tentang siapa penulis surat ini. Berbagai otoritas mengatribusikannya kepada Inosensius III (1198-1216). Pertanyaan ini disebutkan di dalam Denzinger. Surat ini tentunya tidak bertepatan sepenuhnya dengan pernyataan-pernyataannya. Bagaimanapun, terdapat 55 tahun perbedaan dari kedua kepemimpinan Paus tersebut. Maka, suatu surat pribadi dari tanggal, penulis, dan tujuan yang tidak diketahui, berdasarkan dasar pikiran yang salah dan yang menentang dokumen-dokumen yang validitas dan kekhidmatannya tidak dapat diperdebatkan, dipandang memiliki bobot Magisterium. Jika saja surat ini adalah tentang suatu doktrin lain, surat ini tidak akan mendapatkan pertimbangan. Tetapi, seperti yang akan kita lihat, pengaburan dan penipuan adalah bagian dari sejarah akan topik tentang Keselamatan ini. Kemungkinan surat ini diatribusikan kepada Inosensius III akibat pernyataannya bahwa kata-kata konsekrasi Misa tidak perlu diucapkan secara terang-terangan oleh imam, tetapi oleh pikiran interior saja – suatu jenis Ekaristi oleh Keinginan. Kemudian Santo Thomas Aquinas mengutipnya untuk membereskan pertanyaan ini.

"Tetapi, Inosensius III memang merupakan kunci untuk mengerti ajaran orisinal Gereja tentang masalah ini. Pada zamannya (seperti yang selalu dilakukan sampai Konsili Pleno Baltimore) tidaklah diperbolehkan untuk menguburkan orang-orang yang belum dibaptis (katekumen maupun anak-anak dari orang tua Katolik) di tanah yang telah dikonsekrasikan. Ia menjelaskan alasan untuk hukum ini, dengan menulis : "Telah selalu didekretkan oleh kanon-kanon suci bahwa kita tidak boleh memiliki persekutuan apa pun dengan mereka yang telah meninggal, jika kita berkomunikasi dengan mereka sewaktu mereka hidup (Dekret III, XXVIII, xii)." - akhir dari transkrip Desire and Deception {Keinginan dan Penipuan}.

Pertimbangan-pertimbangan ini menentang segala argumen yang mendukung Pembaptisan keinginan dari surat ini. Surat ini, walaupun tentunya tidak infalibel, mungkin merupakan suatu surat palsu.

[1] Denzinger 388.