^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Santa Genoveva Melindungi Kota Paris dari Serbuan Attila Orang Hun
Baca pula Santa Genoveva, Perawan & Pelindung Kota Paris (Prancis)
“Attila [orang Hun] baru saja melewati sungai Rhein. Kedatangannya didahului oleh ketakutan yang besar, dan api serta pedang menyertai perjalanannya. Ia telah menandai dunia dengan kemilat dari pedang yang berlumuran darah yang dinyatakannya secara salah berasal dari Allah … Monark yang bengis dari bangsa Hun ini menyeret bersama rombongannya bala tentara yang buas, tetapi yang telah terkalahkan, yang didorongnya untuk bertarung bersamanya ….
Saat Attila mendekati kota Paris, uskup kota ini mengeluarkan perintah untuk melaksanakan doa publik. Pada kesempatan inilah Genoveva keluar dari kamarnya yang sempit dan hadir di tempat pembaptisan di Gereja, di mana para wanita berhimpun, sedangkan para pria dengan gelisah memperbincangkan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dan cara yang terbaik untuk menghindarkan bencana-bencana yang akan datang. Sewaktu mereka semua sedang berdoa, Genoveva mengalami suatu ekstasi, dan sewaktu ia kembali dari ekstasinya, menyampaikan kepada para penduduk yang telah bertekad untuk melarikan diri, bahwa Allah menugaskannya untuk melawan tekad mereka dan meyakinkan khalayak ramai yang terancam oleh rasa takut itu bahwa Attila akan mengubah perjalanannya dan dengan demikian tidak akan melewati Paris.
Sia-sia belaka ia menyatakan warta ini yang membangkitkan sukacita dalam diri para perempuan yang berhimpun, yang sekarang berlari untuk mengumumkan warta gembira itu kepada orang tua, suami, dan anak-anak mereka yang ketakutan. Mereka yang sudah bersiap melarikan diri itu telah bergegas mengumpulkan harta mereka. ‘Tidak, tidak,’ mereka berseru, ‘kami tidak akan meninggalkan rumah kami, sebab doa-doa kami telah mencapai Takhta Surga. Attila tidak akan datang!’ Semua orang bertanya dari mana kabar ini berasal. ‘Genoveva’, ujar para wanita, ‘karena utusan Allah telah berkata demikian kepada kami dan memerintahkan kami agar tidak pergi.’ Rasa takut yang luar biasa dalam diri para pria sekarang berubah menjadi kemarahan yang getir dan, dengan wajah yang memerah karena takut bahwa nasihat para wanita semata akan menghentikan pelarian mereka, mereka pun berseru: ‘Ya, Genoveva, sang nabiah palsu! Apakah ia ingin menyerahkan kita ke dalam tangan musuh yang barbar? Apakah ia ingin agar kita semua dicekik? Mari kita segera melarikan diri, tetapi sebelum kita pergi, kita harus merajam nabiah palsu itu.’ Dan sambil berhimpun di jalan, mereka mengeluarkan kutukan-kutukan mereka yang amat dahsyat dan menyertai nama Genoveva yang manis dengan seruan-seruan kematian.
St. Genoveva dan rakyat Paris
Sewaktu peristiwa ini sedang berlangsung, seorang asing yang terhormat datang dan membubarkan khalayak itu. Ia bukanlah Santo Germanus dari Auxerre yang datang kedua kalinya untuk menolong Genoveva, sebab ia sudah menyerahkan jiwanya kepada Allah … Kematian, yang memutuskan rantai yang mengikatnya kepada dunia ini hanya telah mempererat tali persahabatan yang suci yang dimilikinya bersama Genoveva yang disebutnya sebagai anaknya. Di ranjang kematiannya, karena ia hendak mengungkapkan kepadanya jaminan atas rasa hormatnya ini kepadanya, ia memerintahkan diakon agungnya, Sedulius, untuk membawakannya sebuah hadiah dalam bentuk relikui-relikui yang terberkati. Sedulius[1] …, saat ia melihat Genoveva berada di tangan rakyat yang gelap mata itu, mengerti apa yang akan segera terjadi. ‘Wahai rakyat Paris’, serunya, ‘janganlah kalian melakukan perbuatan yang tercela itu. Wanita yang hendak kalian bunuh itu, aku telah mendengar tentang dirinya, bahwa ia adalah wanita yang dipilih oleh Allah sejak ia datang ke dunia, dan inilah hadiah suci [relikui-relikui] yang kubawakan kepadanya dari pihak Santo Germanus.’
Saat mendengar perkataan itu, rakyat yang berkerumun itu pun terkesima dan berhenti, seolah-olah Germanus, bapa uskup yang terhormat itu berdiri sendiri di depan Genoveva. Semua orang pulang ke rumahnya masing-masing dan mengerti. Memang benar bahwa sang uskup yang suci dari Auxerre itulah yang datang tepat waktu untuk membela sahabatnya yang suci itu. Sedulius, yang sejak tiga tahun lamanya telah menantikan kesempatan yang baik untuk memenuhi misinya dan yang kemungkinan dipercepat oleh bangsa Hun yang datang untuk menyerbu, sungguh telah dibawa ke kota Paris oleh Penyelenggaraan Ilahi pada saat yang tepat. Rakyat Paris lantas dengan kesegeraan pikiran (suatu watak yang senantiasa merupakan ciri-ciri mereka) mengingat dalam keyakinan mereka gelar yang dimiliki oleh Genoveva. Mereka sekarang percaya akan perkataan Genoveva dan yakin bahwa jalan yang paling ampuh untuk menghalau musibah itu adalah yang telah dinyatakan oleh wanita kudus itu: doa, penitensi, dan kepercayaan akan Allah.
Janji-janji Genoveva pun tergenapi. Attila bergerak dari Metz menuju Orléans. Kebanyakan dari para pasukannya harus melewati kota Reims dan Troyes, tetapi, karena negeri yang hendak diserbunya itu sedemikian luasnya … adalah suatu hal yang menakjubkan bahwa Paris sama sekali tidak menderita serbuan bangsa barbar itu. Attila menyaksikan Orléans dalam pertahanan. Uskup dari kota itu, Santo Aignan, adalah yang membangkitkan perlawanan rakyatnya. Ia telah memperbaiki benteng-bentengnya, sehingga menghentikan para penyerbu itu. Santo Aignan lalu bergegas pergi ke Arles, untuk mempercepat kedatangan Jenderal Romawi yang bernama Aetius. Aetius berhasil untuk mempersatukan bangsa barbar dari Galia, Visigotik, Franka, dan Burgundia untuk bersekutu melawan para penyerbu. Pada tanggal 14 Juni, Aetius sampai ke Orléans.
Alegori St. Genoveva menghalau Attila dari kota Paris
Attila, yang terkejut oleh persekutuan yang telah diupayakannya untuk dicegahnya itu, meninggalkan Orléans setelah pertarungan yang mematikan di jalanan. Walaupun demikian, ia tetap perkasa, dan ia melanjutkan perjalanannya menuju kota Troyes. Aetius dan para pembela lain dari negeri Galia mengejarnya. Bangsa Franka di bawah Merowech yang berjalan pada garis pertahanan terdepan, mencapai pasukan Attila yang terbelakang, yang terdiri dari bangsa Gepida, di daerah Mauriac, yang tidak jauh dari Châlons, tidak jauh dari jalan dari Sens menuju Troyes. Pertarungan yang mengerikan itu pun berlangsung antara mereka pada malam hari. Keesokan harinya, kedua pasukan itu pun mencapai puncak pertarungan. Pertempuran itu adalah salah satu pertempuran yang paling bersimbah darah di sepanjang sejarah. Menurut perhitungan yang paling moderat dari para sejarahwan, seratus enam puluh dua ribu orang kehilangan nyawa. Kemenangan Galia, yang dimulai pada malam hari oleh serangan bangsa Franka yang berani, diteguhkan oleh terjangan yang penuh energi dari bangsa Visigotik, yang kehilangan raja mereka, Theodorikus.
Attila yang mengalami kekalahan, bagaimanapun tetap mengerikan seperti singa yang terluka. Raja bangsa Hun itu bergerak menuju timur laut, dan dipantau oleh Aetius serta bangsa Franka dari Merowech. Di kota Troyes, bapa uskup suci, Santo Lupus berdiri di hadapan ‘wabah dari Allah’ itu dan mengilhaminya dengan rasa hormat yang sedemikian rupa sehingga Atilla sama sekali tidak menjahati kota itu. Oleh karena suatu insting agamawi, ia bahkan menginginkan agar bapa uskup yang tua itu, yang menekuklututkan kebengisannya, mendampinginya saat ia meninggalkan kota itu, agar menjadi baginya suatu jaminan terhadap mara bahaya. Santo Lupus membawanya sampai ke sungai Rhein dan di sana, ia membebaskannya.
Pada tahun berikutnya, Attila bergerak menuju Italia, menghancurkan Aquileia dan lalu hadir di depan kota Roma, di mana keagungan dari Paus Santo Leo mampu menghentikannya. Ia lalu berpaling dari sana ke Panonia dan meninggal di daerah itu pada tahun 453 tanpa membangun suatu hal pun, kendati kuasa dan sumber daya alam yang dimilikinya.
Rakyat Paris tanpa ragu-ragu menyatakan bahwa kota mereka itu terlindungi berkat Genoveva. ‘Hormat kepada Genoveva’, ujar biografinya, ‘melalui doa-doanya, ia telah mencegah pasukan musuh agar tidak mengepung Paris dan menjauhkan mereka darinya.’ …[2]
Catatan kaki:
[1] Illustrated Christian Year [Tahun Kristiani Berilustrasi], London, James Burns, 1848. Januari III.
[2] Henri Lesêtre, Sainte Geneviève [Santa Genoveva], Edisi V, Paris, Librarie Victor Lecoffre, 1901, hal. 53-56.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa iman Katolik diperlukan untuk keselataman, dan bahwa kalau ada orang yang mengalami ketidaktahuan, dan dia sungguh-sungguh menjalani hidup baik seturut hukum kodrat, maka Allah akan mencerahkan...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tuhan Yesus jelas mewajibkan orang untuk mendengar Gereja (Mat. 18:17). Dan Ia telah mendirikan institusi Kepausan di atas St. Petrus (Mat 16:18-19), dan menyerahkan segenap kawanan domba-Nya kepada St. Petrus...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Konsili Vatikan II adalah konsili sesat yang memuat begitu banyak bidah dalam dokumen-dokumennya. Konsili tersebut dibuka oleh Anti-Paus Yohanes Paulus XXIII dan dokumen-dokumennya diratifikasi oleh Anti-Paus Paulus VI. Konsili itu...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Setuju, Tuhan Yesus Turun kebumi bukan membawa agama tapi mengajarkan kasih. Agama adalah buatan manusia.
Joe 3 bulanBaca lebih lanjut...Menurut anda KVII itu sesat atau tidak, dan apakah KVII tidak diperlukan oleh gereja katolik ?
Antony 3 bulanBaca lebih lanjut...Bagaimana dg orang2 yg bahkan selama hidupnya selalu menderita, mendapat tekanan dari sekitar, dan benar2 tidak pernah mendapatkan pertolongan atau mengenal Yesus? Apakah adil bagi mereka jika mereka langsung binasa?...
Anastasia 4 bulanBaca lebih lanjut...St. Louis de Montfort hidup & menulis buku ini sebelum Penampakan Fatima terjadi, karena itu tidak ada pembahasan tentang Doa Fatima. Namun Doa Fatima memang diikutsertakan dalam pendarasan Rosario. Panduan...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Kok gk ada Doa Terpujilah sama Doa Fatima ? 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Iyus 5 bulanBaca lebih lanjut...Sdr. Petrus Berlian sangat brilian 💪😎☝️
Doulou Kurion 5 bulanBaca lebih lanjut...Saya sanngatsuka cerita ini
Monika Monika 6 bulanBaca lebih lanjut...